Aku boleh menyayangi mantan pacarku, Aku boleh menyayangi mantan istriku?
-FajrinKata seorang suami “Aku boleh nyayangi mantan pacarku, aku boleh nyayangi mantan istriku”
Kata Seorang istri “Wah berarti aku boleh nyayangi cowo lain dong?”
kata seorang suami “Ndak boleh ! kamu kan istriku”
Kata seorang istri “Sudah terlihat bahwa dunia tidak adil pada wanita,”
Non Keke bukannya dari dulu sudah sering wanita diperlakukan tidak adil…
-Fajrin Hehehe lalu bagaimana tindakan kita sebagai wanita????
masih mau dilakukan tidak adil?
-Fajrin
Kalau wanita mengusung ide “Mari kita kalahkan kaum pria”
banyak kaum pria berkata, semakin banyak wanita yang ingin mengalahkan kaum pria semakin dekat pula kiamat.
Wah apa hubungannya ya? ada yang bisa berpendapat? apakah wanita itu yang mendatangkan kiamat?
Kenapa setiap kali kita unggul, setiap kali kita mendang dari kaum pria banyak yang menggunjingnya?
Apakah serendah itu kita dianggap sebagai wanita?
Adilkah dunia bagi wanita?
Setahuku kita dibutuhkan, tapi dibuang, kita dipakai, lalu dilupakan.
Itulah wanita.
Aabidatus Syarifah menurut pemikiranku, kita memang di kodratkan patuh pada suami kita
-Fajrin Maaf ini hanya diskusi saja. jangan pakai emosi.
Yang merasa pria. silahkan unjuk gigi disini…
Yang wanita mari kita berdiskusi. kita harus merubah posisi kita menjadi lebih baik
-Fajrin
Mbak Syarifah maaf bagaimana kalau suami kita adalah orang yang BRENGSEK, suka main judi, suka hal-hal yang haram, suka bermain api dengan masalah, suka menimbulkan masalah pada keluarga kita, APAKAH?…
kita masih harus patuh pada suami?
hayoooo hehehehe
-Fajrin
Banyak orang mengatakan, wanita berubah karena zaman.
Kalau menurutku tidak, wanita harus flexibel, berubah karena keadaan, berubah karena kebutuhan.
Banyak orang menghakimi bahwa wanita setiap ada masalah pasti menangis. bahkan beberapa wanita mengiyakan dirinya. Bahwa wanita harus menangis ketika menghadapi masalah. Padahal wanita adalah makhluk yang lebih kuat daripada pria. lalu untuk apa wanita menangis? wanita yang menangis bukan karena terbawa emosi saja, karena sudah dari dulu dia diberikan pandangan BAHWA WANITA KALAU MENGHADAPI MASALAH HARUS MENANGIS. pandangan itu sudah diberikan dari keluarga, lingkungan dan masyarakatnya
masih banyak lagi, pelemahan wanita oleh diri sendiri
Aabidatus Syarifah itu tugas kita untuk mengingatkannya,,
setahuku,,istri adalah pendamping suami dalam kondisi apapun
dan ketika suami kita salah,,itulah waktunya kita untuk selalu mengingatkannya
-Fajrin
SEKIAN ORANG yang curhat dengan saya adalah wanita. dan Mereka menangis karena masalah, karena ketidak adilan.
Saya meangkap bahwa ketidak adilan bukan dari orang lain saja. tapi pada diri wanita sendiri. Mereka selalu mengatakan tidak adil, tidak kuat menanggung masalah, itulah masalah sebenarnya
Bila wanita tidak memperkuat hatinya, jiwanya, pikirannya, intuisinya, maka apapun masalah yang hadir dalam hidupnya, mau yang sepele mau yang berat sekalipun. mereka pasti MENANGIS dan menganggap dirinya sedang tidak diberikan keadilan, merasa bahwa kehidupannya sudah berakhir sampai disitu.
Wanita juga harus menambahkan sedikit logika pada pola fikirnya. tunjukan pada dunia bahwa wanita bukan saja RATU PERASA, tapi juga RATU LOGIKA
-Fajrin BAGUS MBAK SYARIFAH ^_^
Aabidatus Syarifah
setujuh sekali dengan pemikiran anda mba ayuna,,
bagus sekali pemikiran itu,
dulu q salah satu dari kelompok ratu perasa itu,,tp sekarang *mungkin terbawa dengan keadaan,, yg mengharuskan q untuk bangkit menjadi ratu logika hehehe,,permasalahan dalam hidup wanita sebenarnya adalah perasaannya sendiri dan kadang pikirannya yg masih mengepentingkan perasaanynya sendiri,,
-Fajrin
Ya setuju juga dengan pemikiran mbak Syarifah.
Terkadang kita termakan omongan, pria sudah merendahkan kita, pria sudah berbuat tidak adil pada kita. Namun kenyataannya adalah wanita sendiri yang membuat semua pihak tidak adil padanya.
pertama, karena wanita sering mementingkan perasaannya sendiri, kedua karena wanita melemahkan dirinya sendiri dengan menangis, ketiga karena wanita melemahkan dirinya sendiri dengan putus asa dalam hidup.
Kita ingin berubah menjadi kuat bukan berarti ingin lepas dari suami kita. Ingin bebas menerima cinta dari laki-laki lain dan mencintai mereka, Kita ingin berubah menjadi lebih hebat bukan berarti lepas dari kodrat wanita.
tapi kita berubah menjadi kuat untuk lepas dari pradigma bahwa wanita itu makhluk yang lemah,
Kita harus berubah untuk menunjukkan pada dunia bahwa tanpa wanita kalian tidak bisa apa-apa.
Hahahaha sorry kelepasan semangatnya
Aabidatus Syarifah like this mbak ^_^
Henie’s Poet ikut nimbrung mbk…saya jadi tertarik…..kadang saya bingung di satu sisi kita pengen kuat tp di sisi lain kl kita menunjukkan kita kuat…kbnykan ego yang bicara…bgaimana menurut mbk?
Tiara Senja
Bentengilah para wanita dgn iman dan takwa, agar ktk ada masalah yg menimpa Qt tetap bisa berpikir jernih n tdk hanya mengandalkan perasaan saja. Yakinlah Allah terus bersama Qt, terus bangkit n berjuang.
Jadikanlah diri Qt seorang wanita yg kuat agar ank2 Qt jg memiliki jiwa yg kuat (^_^)
-Fajrin
Makasi mbak Syarifah
Benar sekali Mbak Tiara.
Mbak hanie seperti yang dikatakan mbak Tiara. wanita harus dibentengi dengan iman dan taqwa, jadi nanti bila kita menunjukkan kita kuat, kita tidak egois, perasaan kita tidak banyak berperan, logika kita seimbang.
Wanita akan dipintarkan oleh dirinya sendiri, lingkungannya dan keluarganya. begitu juga sebaliknya wanita akan jadi bodoh karena diri sendiri lingkungannya juga keluarganya
tinggal kita mau memilih mana. mau pintar atau mau bodoh
Atau kalau kita ingin memutuskan suatu keputusan, kita ikuti saja cara Rasulullah dan para sahabat. Kita shalat istiqarah dulu. meminta petunjuk yang baik.
dengan begitu kekuatan kita akan lebih terarah
Tiara Senja Yupz benar…
Dgn begitu perilaku n perbuatan Qt akan tetap terarah, bukan malah bertindak bodoh yg menjadikan Qt semakin tdk memiliki nilai…dan bahkan dimusuhi oleh lingkungan Qt
Amnan Faza Itu cuplikan dari novel yang mana Bunda?
mungkin lebih baik, ada tokoh dalam novel itu yang mengingatkan dengan lebih bijaksana, agar pembaca tidak salah paham, dan menganggap dunia tidak adil bagi kaum tertentu.
-Fajrin Iya benar mbak Tiara
Anakku ya ini novel ke 3 bunda yang mau dikirim april nanti. judulnya… nanti aja ya… hehehe
Afandi Kusuma
Sebagai manusia (termasuk jika kita sebagai suami atau istri) harus saling menyayangi. Hanya perlakuan kita dalam menyayangi itu yang berbeda sesuai kebutuhan.
Jika pada mantan istri atau mantan calon istri saja sayang, apalagi pada istri. Wanita yang mendapatkan suami yang penyayang seperti itu mestinya sangat bersyukur.
Jika suami Anda adalah orang yang sangat pembenci dengan mantan wanita yang pernah dekat dengan dia, bersiap-siaplah Anda jadi yg berikutnya dibenci, karena dia menyayangi hanya jika dia membutuhkan orang yang disayanginya itu.
Afandi Kusuma Jika sebagai istri, Anda besiap-siap untuk mengalahkan suami Anda, apalagi jika suami anda ‘brengsek’, maka Anda harus siap hidup tanpa suami, dan jangan punya anak karena akan kasihan mereka.
-Fajrin ya betul sekali….
cerita yang bagus untuk diangkat kan?
Afandi Kusuma
Jika sebagai istri Anda bersiap-siap menyayangi dan membahagiakan suami, maka
jika suami Anda orang yang biasa saja, Anda akan mendapat sayang dan bahagia yang sama.
jika suami Anda orang yang tidak baik, Anda tidak terlalu buruk mendapatkan perlakuan dari dia, dan surga menunggu di depan mata.
jika suami Anda orang yang baik, bersiaplah Anda mendapatkan kebahagiaan dan kesejahteraan dunia dan akhirat.
-Fajrin
wawww… indah…
oh iya mumpung Ayah adalah seorang pria, suami dan ayah.
Bagaimana menurut anda? apakah pria begitu egois mengenai cinta?
lalu bagaimana dengan suami yang mencintai orang lain sama seperti mencintai istrinya? bukankah itu menyalahi aturan?
Afandi Kusuma
Jika pertanyaanya “apakah pria begitu egois mengenai cinta?” ada manusia yang seperti itu, baik pria atau wanita. Ada juga yang tidak.
Orang egois tidak mencintai, tapi minta (atau berharap) dicintai, atau paling tidak mencintai, hanya untuk mendapatkan balasan cinta.
Kita harus mencintai orang lain sama seperti mencintai diri sendiri.
Cinta kita pada diri sendiri, pada anak, pada istri, pada ibu, pada tetangga, pada teman, pada orang yang lewat di jalan, sama besarnya. Kalau ada yang tidak sama, itu tentu kita maklumi, karena setiap manusia punya rasa egois.
Ketika kita mencintai keluarga kita lebih besar dari pada cinta pada orang lain, tetangga misalnya, itu karena kita egois. Ketika kita mencinta diri kita sendiri lebih dari pada mencintai istri kita, itu karena ada sifat egois pada kita. Demikian jika cinta kita lebih besar pada istri dibanding tetangga misalnya.
Mencitai diri sendiri dengan cara misalnya menjaga kesehatan dan rajin ibadah, mencintai istri misalnya dengan memenuhi kebutuhannya, mencintai tetangga dengan cara membantu jika mereka memerlukan, mencintai orang jahat dengan cara berlaku adil padanya.
Jika memperlakukan wanita lain sama dengan memperlakukan istri sendiri, itu baru menyalahi aturan.
Benar begitu kan?
-Fajrin GOOD
lengkaplah sudah