Sertifikasi Guru Bagaimana bila dari proses awalnya saja dimulai dari ketidakjujuran para pendidik

Sertifikasi Guru
Untuk siapakah manfaatnya ... (Oleh Edy Prianto)

Beberapa waktu lalu Bank Dunia meluncurkan publikasi: ”Spending More or Spending Better: Improving Education Financing in Indonesia”. Publikasi itu menunjukkan, para guru yang telah memperoleh sertifikasi dan yang belum ternyata menunjukkan prestasi yang relatif sama.

Program sertifikasi guru yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan selama beberapa tahun terakhir ternyata tidak memberi dampak perbaikan terhadap mutu pendidikan nasional. Padahal, penyelenggaraannya telah menguras sekitar dua pertiga dari total anggaran pendidikan yang mencapai 20 persen APBN. Pada 2010, sebagai contoh, biaya sertifikasi mencapai Rp 110 triliun!

Kesimpulan Bank Dunia itu diperoleh setelah meneliti sejak 2009 di 240 SD negeri dan 120 SMP di seluruh Indonesia, dengan melibatkan 39.531 siswa. Hasil tes antara siswa yang diajar guru yang bersertifikasi dan yang tidak untuk mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, serta IPA dan Bahasa Inggris diperbandingkan. Hasilnya, tidak terdapat pengaruh program sertifikasi guru terhadap hasil belajar siswa, baik di SD maupun SMP.

Publikasi Bank Dunia tersebut bagai tumpukan misteri yang mengingatkan pada film dokumenter An Inconvenient Truth (2006) yang disutradarai Davis Guggenheim.

Film ini mengisahkan kerisauan mantan Wapres (AS) Al Gore atas realitas-realitas berbahaya terhadap pemanasan global yang memerlukan tanggung jawab semua pihak. Analog dengan film dokumenter itu, publikasi Bank Dunia ini memuat begitu banyak realitas berbahaya bagi masa depan bangsa yang perlu pembenahan secepatnya.

Bertolak dari temuan Bank Dunia tersebut, kelihatannya terdapat tiga implikasi penting yang mendesak dibenahi.

Pertama, bagaimana menghilangkan pola formalitas penyelenggaraan program sertifikasi guru.

Program ini sesungguhnya tuntutan yang diamanatkan UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yang mewajibkan seluruh guru disertifikasi dan diharapkan tuntas sebelum 2015. Upaya ini semata-mata dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru, yang selanjutnya akan berdampak pada peningkatan mutu pendidikan nasional secara keseluruhan.

Sejak 2005, guru-guru telah diseleksi untuk mengikuti program sertifikasi berdasarkan kualifikasi akademik, senioritas, dan golongan kepangkatan, seperti harus berpendidikan S-1 dan jumlah jam mengajar 24 jam per minggu. Indikator ini digunakan untuk memperhatikan kompetensi pedagogis, kepribadian, sosial, dan emosional mereka.

Sejak itu, sekitar 2 juta guru telah disertifikasi, baik melalui penilaian portofolio pengalaman kerja dan pelatihan yang telah diperoleh ataupun melalui pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG) selama 90 jam. Para guru yang telah lulus disebut guru bersertifikasi dan berhak mendapatkan tunjangan profesi sebesar gaji pokok yang diterima setiap bulannya. Pemerintah telah mencanangkan, pada 2015 hanya guru yang bersertifikasi yang diperbolehkan mengajar.

Dengan target tersebut, penyelenggaraan sertifikasi guru kelihatannya telah dipersepsikan sebagai proyek besar yang keberhasilannya diukur secara kuantitatif sesuai target. Akibatnya, proses pelaksanaannya mudah terbawa ke kebiasaan formalitas birokrasi yang ada.

Kedua, bagaimana mengaitkan program sertifikasi guru dengan pembenahan mekanisme pengadaan dan perekrutan calon guru di perguruan tinggi lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK). Sesuai amanat UU, LPTK adalah perguruan tinggi yang diberi tugas menyelenggarakan program pengadaan guru pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan/atau pendidikan menengah, serta untuk menyelenggarakan dan mengembangkan ilmu kependidikan dan nonkependidikan. Namun, pasca- konversi Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan jadi universitas, perhatian mereka sebagai LPTK tidak lagi terfokus ke penyiapan guru, tetapi lebih tergoda ke orientasi non-kependidikan.

Akibatnya, tugas-tugas penyelenggaraan sertifikasi yang dibebankan kepada sejumlah LPTK tak tertangani maksimal. Bahkan, peran dalam penyiapan calon guru tak lagi didasarkan atas perencanaan yang lebih sistemis dan komprehensif.

Meski secara kuantitatif Indonesia adalah salah satu negara dengan jumlah guru terbanyak di dunia, diukur dari rasio guru-siswa, tetapi perekrutan mahasiswa calon guru, terutama di LPTK swasta, seakan tanpa kendali. Studi UNESCO (UIS-2009) menunjukkan, untuk jenjang SD rasio guru-siswa adalah 1:16,61, yang berarti seorang guru hanya mengajar 16-17 siswa. Rasio ini jauh lebih rendah dibandingkan Jepang (18,05), Inggris (18,27), bahkan Singapura (17,44). Secara internasional, rata-rata di seluruh dunia rasionya adalah 1:27,7 atau seorang guru dengan 27-28 siswa. Keadaan serupa juga terjadi di jenjang pendidikan menengah.

Ketiga, bagaimana menyelenggarakan program sertifikasi guru agar lebih berbasis di kelas. Selama ini mereka yang mengikuti PLPG kelihatannya tidak dirancang untuk mengamati kompetensinya mengajar di kelas. Proses sertifikasi guru berjalan terpisah dengan peningkatan mutu proses belajar-mengajar di kelas. Akibatnya, penyelenggaraan program sertifikasi guru tersebut tidak berdampak pada peningkatan mutu secara keseluruhan.

Data menunjukkan, pada 2011, TIMMS (studi internasional tentang matematika dan IPA) melaporkan, untuk matematika skor Indonesia 386, tak jauh beda dengan Suriah (380), Oman (366), dan Ghana (331). Sementara untuk IPA, Indonesia (406) tak jauh beda dengan Botswana (404) dan Ghana (306). Selanjutnya, studi PISA (program penilaian siswa internasional untuk matematika, IPA, dan membaca) pun menunjukkan Indonesia selalu berada pada urutan kelompok terendah di dunia.

UNESCO sebagai konsultan di Asia-Pasifik pada 1993-1994, ketika mengunjungi Manabo yang berjarak sekitar 300 kilometer dari Manila. Guru-guru di pedesaan sana ternyata akan memperoleh tambahan insentif jika mereka secara nyata berinovasi meningkatkan mutu proses belajar-mengajar (PBM) di kelas.

Cara mengukurnya sederhana. Pengawas atau penilik sekolah cukup mengamati kegiatan PBM secara berkala; apakah terdapat persiapan yang memadai atau tidak, apakah ada media belajar sebagai kreasi inovatif guru atau tidak, dan seterusnya. Pembinaan kesejahteraan dan promosi karier para guru dilakukan dengan berbasiskan pada kinerja dalam meningkatkan kualitas PBM-nya.

Akhirnya, meski penyelenggaraan sertifikasi guru telah berdampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan guru, yakni dapat menurunkan jumlah guru yang kerja rangkap secara drastis dari 33 persen sebelum sertifikasi ke 7 persen sesudah sertifikasi, perubahan apa pun yang dilakukan, kurikulum apa pun yang diberlakukan, dan kebijakan apa pun yang hendak diambil, jika tak menyentuh perbaikan proses belajar-mengajar di kelas, hasilnya akan sia-sia.

Edprint 2013
Referensi : Misteri Pelaksanaan Sertifikasi Guru
Oleh Hafid Abbas Guru Besar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta dengan beberapa penambahan seperlunya


Andi Iswoyo 
teman kuliah saya dulu juga pernah neliti, dan ternyata memang gak ada beda antara guru bersertifikat dengan yang belum. sertifikasi tidak berbanding lurus dengan kinerja/ profesionalisme guru, yang membedakan hanya kesejahteraannya. yang terpenting sekarang adalah bagaimana meningkatkan kinerja guru yang sudah bersertifikat dan evaluasi kinerja / profesinalisme guru harus lebih diperketat. cmiw


Tiki Pristianty 
Biyen iku ada sertifikasi soalnya ada pemilihan presiden...
Ben kepilih lagi SBY bikin program itu pasti para guru coblos dia dgn harapan ada bonus uang makanya sekarang dipersulit mungkin bingung cari duitnya kali...buat bayarin guru segitu banyaknya


Didin Airconditioner Gresik 
Ini bagus buat setiap guru memang waktunya khusus untuk mendidik.... Tapi ada yg menyala gunakan, yaitu ada seorang karyawan perusahaan swasta umur sekitar 45th tiap hari sabtu saja mendidik tapi bisa masuk sertifikasi....

Edy Prianto
Bagaimana bila dari proses awalnya saja dimulai dari ketidakjujuran para pendidik ...
Namun disisi lain peserta didik dipertontonkan tidak adanya perbedaan sebelum dan sesudah sertifikasi ...
http://www.pikiran-rakyat.com/node/174163


Edy Prianto 
Jagad pendidikan juga dibuat geger dengan perlunya tidaknya TES KEPERAWANAN
http://www.jpnn.com/read/2013/08/20/187028/Kemendikbud-Segera-Keluarkan-Edaran-Larang-Tes-Keperawanan-


Rico's Ulrich Journey 
biar disertifikasi atau tidak..GURU adalah pahlawan...karena jasa beliau bisa mencerdaskan kita semua


Afandi Kusuma 
'geleng-geleng'


Teguh Budi Santoso 
standar sertifikasi guru selalu ada perubahan, dari awal adanya sertifikasi hingga sekarang. Dulu hanya mengumpulkan piagam dan sertifikat sebanyak-banyaknya saja, kemudian diganti dengan PLPG, kedepannya akan dibuat sekolah khusus selama beberapa semester. Obyek sertifikasi juga berbeda. awalnya hanya guru PNS yang dianggap sudah lama mengabdi sehingga dijadikan prioritas, selanjutnya guru PNS dengan masa kerja diatas 5 tahun, kemudian guru tetap yayasan non PNS....hal ini semakin memperbesar kesenjangan penghasilan diantara orang yg berprofesi sebagai guru. Tapi disisi lain pemerintah berharap dengan cara inilah akan dapat lebih meningkatkan kualitas guru.


Fatim Fitri Ndut
 #bingung


Amrin Yamazaki 
Mudah-mudahan pendidikan bagi siswa lebih baik lagi dari sekarang. karena pendidikan guru masih belum bisa sepenuhnya menghasilkan guru yang benar-benar berkualitas moral tinggi.kebanyakan sekarang menghasilkan guru minta jasa (biaya pendidikan sangat mahal). Akhirnya banyak yang resah dalam menghadapi situasi ini.


Shomad Shokhiyan Muhammad 
Sertifikasi Guru ya untuk Guru.


Edy Prianto 
Ternyata yang memanfaatkan IJAZAH PALSU terlaris adalah GURU
http://kelanakota.suarasurabaya.net/news/2012/107344-Ijazah-Palsu-Untuk-Guru,-Yang-Paling-Laris


Oemar Bakrie 
banyak guru-guru mendapatkan gelar dengan cara INSTAN (harus BAYAR), beragam fasilitas pun diperoleh, mengajar pun seperti berdagang, pendidikan pun semakin mahal."GURU" pahlawan berlimpah jasa.


Oemar Bakrie 
jare wong biyen.."GURU digugu, ojo DITIRU"


Edy Prianto 
Profesi masih tetap terhormat ... dan tercoreng oleh segelintir orang yang ingin jalan pintas ...


Oemar Bakrie 
Guru-guru di pedalaman harus lebih diperhatikan kesejahteraannya, merekalah yang pantas mendapat gelar PAHLAWAN TANPA TANDA JASA


Fatim Fitri Ndut 
@Oemar Bakrie_kyk lgunya Iwan Fals kn lagu itu juga tentang perjuangan seorang guru


Oemar Bakrie 
Oemar Bakrie dulu lain!! Oemar Bakrie sekarang ..,/,./,/./.,.;pp]'[;p


Andi Iswoyo 
pak Oemar Bakrie, lirik lagu hymne guru sudah diganti pak, bukan lg pahlawan tanpa tanda jasa. Yang dulunya Engkau patriot pahlawan bangsa, Tanpa tanda jasa .. diganti Engkau patriot pahlawan bangsa, Pembangun insan cendikia.


Ayuna Fitria Fadjrin 
rumit... mbulet...... tambah di mbulet ke... tambah mbulet...


Madmad Kebleng Keller 
haqqul yakin guru bersertifikasi meningkatkan gaji tapi bukan meningkatkan kwalitas... lihatlah pas UN pr guru lebih sibuk mencari/membeli joky buat para anak didikx


Sutikno Tiko Hamzah
itu kalau lulus sertfikasi bos ... katanya dapat tunjangan dari negara 1,5-2juta perbulan.... dah berjalan sekira4tahun yll


Shomad Shokhiyan Muhammad 
para guru esuk-esuk lebih sibuk ngelapi mobil barune, tinimbang nyiapke materi pelajaran.


Madmad Kebleng Keller 
isin req karo guru bangsa qt 'gus dur'


Sri Muninggar 
Sertifikasi guru itu bukan program presiden atau calon presiden tetapi program pemerintah untuk meningkatkan kualitas guru.Guru yg sdh sertifikasi atau belum itu jelas berbeda bro saking sing ngomong dog kene iki dudu guru kabeh masih sing masang tulisan iki yo dag wero karepe tulisan iki,dadi komentare rodo ngawur.


Historiyono Kusdaryanto
semakin ruwet. komene wes ngetarani sopo guru sopo gak he he he


Edy Prianto 
Mbak Sri Muninggar karena mewakili profesi Guru monggo untuk membuat sanggahan tulisan tidak cukup hanya komentar :

"saking sing ngomong dog kene iki dudu guru kabeh masih sing masang tulisan iki yo dag wero karepe tulisan iki,dadi komentare rodo ngawur"

Itu sama sekali tidak menjelaskan ... silakan bila punya versi sendiri penjelasannya ... dan jangan heran bila nanti SRG mampu mengungkap adanya ketidakberesan sertifikasi ...


Afandi Kusuma 
agar ada proyek, agar ada yang mengontrol, meski yang mengontrol pun lebih perlu untuk dikontrol


Sri Muninggar 
Gini lo bro, kalau mslh cr mengajar, pembuatan rpp dll thethek bengek e guru jelas seng dorong sertifikasi iku gak iso apalagi mslh paikem dll wes gak iso dolor dijelasno kecuali nek pean kabeh ndelok caraku ngajar teros bandingno karo guru seng gorong tau sertifikasi, cekak e wes pean kabeh nek dudu ahline gak usah ngetokno posting atau komentar mundak salah kaprah


Rico's Ulrich Journey 
sabar bu sri..ya begini Indonesia...dak kaget blass mongso wong-wong keminter kabeh !!! rumongso awake pinter masalah hukum, ekonomi, pendidikan, politik, agama dll..jossss kayak malaikat


Wong Bejan 
Ikut menyimak broo kalo tak ikuti dari atas itu tulisan diatas mereff ke Hafid Abbas Guru Besar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta namun Bu Broo Sri Muninggar bila duduk ahline sing pinter iki sopo to asline ... ?

Kedua lihat Bu Broo Sri mencounter persoalan menunjukkan belum adanya kedewasaan ..... dan ini kiranya sedikit banyak menguak isi kepala seorang Caleg kita ini dalam menyikapi suatu persoalan ......

Bukan bersikap provokatif namun silakan dinilai sendiri ..... cenderung rasa keakuan yang ditonjolkan padahal persoalan ini tidak melihat orang per orang ....

Silakan dilanjut namun jangan emosional silakan dicounter dengan santun dan memberi gambaran yang jelas bukan malah menyerang membabi buta baik si pemosting maupun yang komentar .....

Sungguh tidak elegan ..... dan Mas Broo Rico's Ulrich Journey bila anda berdua berprofesi disitu monggo dijelaskan sebenarnya seperti apa ..... sehingga orang biar menilai yang layak dijadikan referensi atas kebenaran apakah yang mosting dengan para komentatornya atau anda berdua .....


Rico's Ulrich Journey 
profesiku guduk guru tapi guru sopir dan kernet bis !!!..nek takon masalah bis, paket wisata, sewo bis eson iso njawab cak !!


Wong Bejan 
Ini sebagai referensi siapa sang penulis sesungguhnya
http://sorot.news.viva.co.id/news/read/119732-_buku_menyesatkan_harus_ditarik_

Andi Iswoyo 
bu Sri Muninggar, mungkin ada beberapa guru yg seperti ibu maksud termasuk ibu sendiri, tp ada penelitian yg menyebutkan klo sertifikasi itu tidak berbanding lurus dengan meningkatnya kinerja/profesionalisme guru. klo masalah buat rpp, cara ngajar dlsb, saya kira tiap guru jg dah bisa, klo kuliahe dulu bener pastilah bisa klo sekedar itu. Yg dimaksud bukan hanya itu bu, tp MENDIDIK bukan sekedar tranfer ilmu, contoh sederhana saja, saya pernah nemuin guru yang ngajarnya itu hanya sebagian materi saja yg harusnya dia berikan dikelas, sebagian lagi harapannya agar siswa dpt les tambahan dirumah guru ybs, tentu dg tmbhn biaya lg. bahkan pernah seorang guru itu meminta siswanya untuk membawa lakban/isolasi, yang digunakan untuk menuntup mulut muridnya, yang dianggap rame dikelas. correct me if wrong


Rico's Ulrich Journey 
HAM maneh..HAM maneh..intine wong orep iku ojok ngurusi urusane wong liyo, wes onok bagiane dewe dewe, seng guru yo seng pinter ngajar murid e, seng sopir yo seng pinter nang dalan, seng usaha kopyah yo seng pinter masalah mutune,seng dodolan kopi yo seng pinter ngracik kopine..intine "AYO PROFESI DEWE2 DIPINTERNO DEWE" orep gak kakean pertengseng jare metallica "so let it be written.so let it be done..so what!!"


Sri Muninggar 
Yo setuju cak rico ngono maksudku, kene sing gak merasa ngeleg/mangan gaji buta totok pemerintah yo jelas tersinggung makane sakjane iku postingane apik tapi de e dewe dag wero sing nanggapi opo maneh, bener opo salah kene iki lak wes berusaha semaksimal mungkin untuk membuat anak itu kreatif, pinter, berani, berakhlaq mulia dll pean kabeh iki iso mosting opo kan karena profesiku iki. Saya di rumah juga ngelesi tapi ada yang bayar dan ada yang tidak usah bayar karena ekonomi low tapi banyak juga yang nunggak sampai 1 tahun padahal punya mobil ya wes jarno nek gelem artine ojo gebyah uyah. Eson yo nyaleg tp aku aku g pernah berusaha membunuh karakter yang lain. Ingat bro baru hari ini aku ngaku nek nyaleg terpaksa bro


Sri Muninggar 
Ngene mas bro Andi sakjane sing paling bertanggung jawab menjawab masalah iki harusnya kan sing mosting dudu eson


Madmad Kebleng Keller 
Bu Sri...sopo ahline sing pantes koment nek ngono...aku dan yang lain menemukan kalau antara guru sertifikasi dan tidak, dak ada peningkatan kinerja secara...siknifikan kalau menurut bu sri sebaliknya mohon diklarifikasi berapa % guru setelah ada peningkatan kinerja, toh kritik sendiri bukan membunuh karakter tapi seharusnya lebih meningkatkan kinerja dan dedikasi


Edy Prianto 
Ngapunten Sedoyo ini tadi tak tinggal nemoni tamu ... lha tamune koq betah ngomong makanya agak lama ... baru mencungul ...


Edy Prianto 
Mas Afandi Afandi Kusuma semacam CEK and RICEK gitu ta ... ?


Edy Prianto 
Bu Sri Muninggar nah ini ketemu sama yang paham ... terus kalo tanya kaitannya dengan yang mosting adalah pihak yang paling tahu persoalan ... tentu bukan demikian ... makanya pada judul berupa pertanyaan "Sertifikasi Guru untuk siapakah manfaatnya" nah bagi yang punya pendapat atau data baik yang setuju maupun yang tidak monggo disampaikan jadi lebih enak ...
Tidak ada istilah carracter assignment disini ... saya pribadi adalah masih belajar dari penjenengan sedoyo ...

Coba saya runut dari coment2 diatas intinya ADA PRO dan KONTRA ... nah untuk masing2 monggo dishare alasannya bila logis dan itu terjadi di masyarakat ya ... kiranya seperti itulah adanya ... namun bukan ke pribadi masing-masing mekaten tho ...


Edy Prianto 
Mas Rico's Ulrich Journey siapapun boleh mengeluarkan pendapat dan itu sah-sah saja asal tidak berkaitan dengan SARA dan PORNO (GRAFI maupun AKSI) tanpa melihat profesi yang penting tetap guyup ... perbedaan kiranya hanya terletak dari sudut pandang lha kalo gag ada sudutnya khan dipandang dari manapun tentu akan sama ... kira-kira seperti itu ...


Edy Prianto 
Mas Wong Bejan memang seharusnya diskusi itu harus runut dan tidak emosional biar segala sesuatunya jelas ... toh sah-sah saja orang berpendapat dan sah-sah pula orang untuk keukeuh dengan pendapatnya ...


Edy Prianto 
Betul Mas Andi Iswoyo ... ini tidak untuk menyerang pribadi atau profesi tertentu namun dengan ada yang berprofesi sama dengan postingan ini khan kiranya lebih bagus sehingga kita akan mendapatkan informasi yang berimbang ...

Edy Prianto 
Mas Madmad Kebleng Keller saya ahline jempol thok hehehe ...


Teguh Budi Santoso 
Salah satu manfaat yang akan didapatkan dengan adanya proses uji sertifikasi guru antara lain melindungi profesi guru dari praktik layanan pendidikan yang tidak kompeten sehingga dapat merusak citra profesi guru itu sendiri. Sehingga guru yg sudah bersertifikasi diharapkan mempunyai kualitas yg lebih bagus dari yg tidak bersertifikasi.
Jangan dikira semua guru itu mempunyai kualitas yg sama (walaupun mata pelajaran yg diajar itu sama ). Dan tidak aneh jika waktu ujian PLPG untuk sertifikasi guru banyak juga guru yg tidak lulus. padahal mata pelajaran yg diujikan adalah mata pelajaran yg dia ajarkan setiap hari. Misalnya, guru SMA bidang studi Fisika tidak lulus PLPG, padahal yg diujikan di PLPG adalah pelajaran Fisika yg notabene dia ajarkan setiap hari kepada muridnya. menurut esun itu aneh.... tapi memang begitu faktanya. Sama seperti kita kerja nge las, tiap hari nge las, tapi waktu diuji nge las kok gak lulus....kan aneh. Hal ini karena ada standar-standar skill dan pengetahuan yg harus dimiliki. Tidak bisa asal.
Jadi waktu PLPG itu disaring, mana guru yg berkualitas dan mana yg tidak. Setelah lulus pun guru bersertifikasi diberi beban mengajar minimal 24 jam / minggu, tidak bisa seenaknya.
Esun juga tidak tahu apa parameter bank Dunia sehingga berkesimpulan bahwa sertifikasi tidak berbanding lurus dengan kualitas peserta didik. Tapi menurut esun, itu semua tidak terlepas dari Obyek, Subyek dan Sistem Pengajaran. Harus bersinergi. Siswa sebagai input obyek pengajaran mempunyai kemampuan yg tidak sama. Baik atau buruk Kurikulum dan Sistem pendidikan juga berperan. Jadi walaupun Guru nya disiapkan dengan baik, tapi jika input dan system tidak menunjang maka hasil yg didapat memang kurang signifikan. Apalagi dengan adanya perubahan kurikulum seperti saat ini. "Tematik" atau apa...esun juga nggak paham, yg jelas banyak sekolah yg pada bingung. Apalagi guru dan murid-muridnya.


Edy Prianto 
Mas Teguh Budi Santoso sangat mencerahkan ...


Cemot Kpk Hidayat 
banyak temuan penyimpangan soal sertifikasi memperburuk citra guru sendiri nantinya karena oknum tsb yg melakukan juga berprofesi pendidik juga,dari suara Surabaya saja ditemukan 500 lebih sertifikasikasi yang dipalsukan


Nanik Triana 
waduh nek ngene iki aq ngelu gak wani ngomong opo ...tak pikir aq mbayar sekolah yo larang pastine gurune yo wes ditest gak mungkin ngajar angger mlebu bludus ..ngono ae pikirq....


Sri Muninggar 
Saya kok tidak percaya sertifikasi dapat dipalsukan soalnya itu data langsung dari Jakarta gilirannya untuk sertifikasi juga gilir kacang dan transparan kalau palsu kan di Jakarta tidak ada data jadi uang tidak bisa keluar, inpassingq aja tak urus langsung di Jakarta



Cemot Kpk Hidayat 
sudah fakta yang terjadi apapun bisa dipalsukan dan kalo konfirmasi silakan saja bu sri,jadi tau nanti gimana cara-cara oknum melakukannya jadi jangan contohkan diri sendiri hampir seluruh media pernah memuat berita penyimpangan temuan mereka,kebetulan mungkin Bu Sri orang baik jadi setidaknya pean bisa jadi contoh mereka agar guru-guru lain bisa niru dan masuk syurga smuanya..


Cahya Mentari 
salut dan jempol buat teman-teman atas pendapatnya, obrolan yang sip moga manfaat......


Afandi Kusuma 
hmmmm


Sri Muninggar 
Suwe-suwe eson ngelu dewe cak ndelok komene pean kabeh,intinya jangan sok jadi pahlawan dewe,ojo sok dadi wong bersih,ojo sok koyok-koyok dag kemaruk dunyo, sehingga kabeh profesi kok ilokno dag becus, koruptor, rai gedheg, memang klu guru dag oleh duwe mbl, walaupun mbl itu diperoleh dari ngutang di BRI, bukan dari korupsi. Memang pean kabeh iku dag nuding secara pribadi tapi caramu ndoding-ndoding iku seakan-akan kabeh guru iku ngono, padahal pean kabeh iku dididik, dipinterno, diayomi guru mbok yo eling, walaupun ada satu dua guru yg berbuat khilaf. Sorry yo dolor kabeh,eson nulis iki terus terang karo nangis lo


Rico's Ulrich Journey 
laopo dipikir mbak...wong-wong iku lho kongkon ngajar pelajaran skola ayo nek iso,kongkon ngatur murid nek iso...preketek ta!!! nggedabruk tok seng pinter..hahahhahaaa * emak tercintaku yo guru mbak tapi wes pensiun*


Teguh Budi Santoso 
Mbak Sri Muninggar, esun mbelani guru lho....sampeyan woco komen ku talah...nek sampeyan nangis, tak ewangi nangis karo bojoku.


Buku Dan Majalah 
pemalsuan sertifikasi dilakukan oleh oknum guru lewat portofolio , seperti ditemukan banyak kejanggalan dalam SK pengangkatan dari kepseknya , data isian pengakuan telah S1. serta asal Universitasnya ada yang fiktif juga adanya kejanggalan tanda tangan serta tinta. temuan-temuan itu akan diverfikasi lagi karena bisa jadi salah tulis dll. kebanyakan oknum ini berasal dari sekolah swasta , mungkin guru pns sudah tau akan resiko tindakan pidananya akan menghilangkan pnsnya karenanya pelakunya dari guru swasta.


Rico's Ulrich Journey 
kasian dengan Mr.OKNUM..namanya selalu jadi kambing hitam ...


Cemot Kpk Hidayat 
Mr oknum harus bertanggung jawab dan guru-guru yang merasa bersih harus berani melaporkan teman seprofesi kalo berbuat penyimpangan agar terjaga citra guru agar tidak ternoda lagi dan tetap harum namanya seperti zaman Oemar Bakri


Rico's Ulrich Journey 
kurang gawean ta lakare nglaporno koncoe dewe iku?? jarene gurune "karuan ngajar murid ben ilmune berfaedah..pinter ndunyo akhirat"..... brarti guru kongkon mbalik kyk jaman Umar Bakrie ngono ta? kongkon nggae spd butut, bayaran sak ulan 200rb oleh jatah beras bagian, iso utang nang koperasi tok....*jare kaji rom TERLALU*


Cemot Kpk Hidayat 
Wah salah arah iki joko sembung numpak becak gk nyambung cak


M Zach 
nek tak delok sakjane yo wes bener postingane cak Edy iku ,, nakokno soal bener gak'e onone persoalan sertifikasi guru seng diluncurno karo bank dunia ,, akeh media seng wes muat masalah iku ,, lha seng koment nang akune SRG iki kok tek celomet,, gont...Lihat Selengkapnya



Nanik Triana 
Bu Sri...kuusap air matamu dengan kasih dan sayang....ihik..ihik...lo..aq..male melu nangis ......


Zulfikar Baharudin Fikar 
zach@ sepakat om ,, nang grup SRG nii ruang untuk kita berdiskusi tentang apa saja demi kebaikan kita semua yang penting persoalane jelas ,, tapi dalam mengeluarkan pendapat di grup SRG ini harus selalu memakai etika dg bahasa yang santun, berjiwa arif , selalu menghargai pendapat teman walaupun itu tidak sejalan dengan pendapat kita, yang penting akar persoalan bisa ditemukan selanjutnya sama-sama kita carikan jalan solusi yang terbaik demi kepentingan umum ,,,,,


Edy Prianto 
Untuk semua yang komen siiipp ... maaf sehari semalam luar kota jadi gag bisa ikut menyimak, baru pagi ini buka lagi. Dari sekian hanya 1 yang paling menarik perhatian saya komentar dari Mas Rico's Ulrich Journey ...

"kurang gawean ta lakare nglaporno koncoe dewe iku (guru-guru yang merasa bersih harus berani melaporkan teman seprofesi kalo berbuat penyimpangan) ?? jarene gurune "karuan ngajar murid ben ilmune berfaedah..pinter ndunyo akhirat"..... brarti guru kongkon mbalik kayak jaman Umar Bakrie ngono ta? kongkon nggae spd butut,bayaran sak ulan 200rb oleh jatah beras bagian, iso utang nang koperasi tok...."

namun ini disaat ditanya profesi ...

"profesiku guduk guru tapi guru sopir & kernet bis !!!..nek takon masalah bis, paket wisata, sewo bis eson iso njawab cak !!"

Dan sebelumnya ngomong begini

"intine wong orep iku ojok ngurusi urusane wong liyo,wes onok bagiane dewe dewe,seng guru yo seng pinter ngajar murid e,seng sopir yo seng pinter nang dalan,seng usaha kopyah yo seng pinter mslh mutune,seng dodolan kopi yo seng pinter ngracik kopine..intine "AYO PROFESI DEWE2 DIPINTERNO DEWE" orep gak kakean pertengseng jare metallica "so let it be written.so let it be done..so what!!"s"

Bilangnya gag mau tahu urusan orang lain akan tetapi komen paling akhir berlagak seolah dia sendiri gurunya ... ???

Pesen saya jangan provokatif itu tidak baik ... apalagi niat memancing di air keruh ...


Ayuna Fitria Fadjrin 
Aku bukan seorang guru, tapi seorang murid Sampai sekarang pun masih menjadi seorang murid. Dulu... Selama sekolah di Sekolahan . Saya mendapatkan banyak tekanan dari guru-guru, mereka selalu membedakan saya dengan teman yang lainnya, karena saya seorang disabilitas, tapi setelah orang tuaku memberikan sejumlah uang... untuk membungkam para guru dan membutakan mata mereka. Keesokan harinya, mereka merubah sikapnya. Dari situ... aku tahu... guru bukan lagi mengajariku sebuah pelajaran. Mereka tak peduli kejiwaan muridnya, mereka tak peduli pada kenyamanan pembelajaran di kelas, tapi mereka mencari pekerjaan dan mencari sesuap nasi. Lalu... untuk apa pendidikan itu bila mereka akan memberikan pendidikan dan perhatian pada seorang murid yang orang tuanya sudah memberikan uang???.... Ini memang diluar pembahasan semula yang di usung pak Edy Prianto tapi dari tulisan saya ini... bisa kita lihat betapa complicated nya kehidupan ini.

Mama saya, adalah pesenam yang sudah melalang buana di Banjarmasin, Jakarta, Surabaya, Gresik, Beliau mendapatkan banyak piagam dari banyak pelatihan yang diselenggarakan pusat olah raga di Jakarta, Surabaya, Gresik, bahkan jakarta. Ada cerita, suatu hari, tetangga kami yang berprofesi sebagai guru, menyogok dengan berbagai kado, dan ternyata dia menginginkan piagam, dan sertifikat yang mama miliki, untuk melengkapi sertifikasi gurunya. Dengan berat hati, mama menolaknya. Ia tak ingin bermain kotor, meminjamkan sertifikat kepada guru untuk melancarkan sertifikasi, merupakan tindakan korupsi yang tak bisa didiamkan begitu saja. peristiwa itu terjadi tahun 2005 yang lalu.

Saya hanya murid... dan saya harap guru-guru sekarang bisa lebih tulus mencintai muridnya, bukan hanya karena uang orang tua, tapi karena mereka salah satu bagian yang sangat penting untuk perkembangan seorang manusia, bahkan sebuah bangsa.

Seorang guru... harapannya... bisa lebih kreatif lagi dalam mengajar, hingga murid-muridnya tak pernah mengeluh lagi masalah kejenuhan belajar di sekolah.

Saya seorang murid.. sampai sekarang... yang mencoba mencari guru terbaik bagi kehidupan saya.

Untuk pendidikan Indonesia... saya rasa masih ada harapan, bila sistem di rubah, pemikiran dirubah, gaya hidup konsumtif dirubah, dan KEPEDULIAN dikedepankan.


Cemot Kpk Hidayat 
salut buat Ayuna semoga kisah nyata ini bisa jadi intropeksi kita smua..


M Zach 
dengan kisah nyata ini semoga bisa membuka mata hati kita semua untuk menatap sebuah realita kebenaran .....


Sri Muninggar 
Mbak Ayuna tahun ini saya diberi amanah untuk membina siswa kelas I,di kelas saya ada anak autis, anak hiperaktif, dan anak normal tapi mata tidak kelihatan karena min 6 harusnya ganti tapi tidak diganti oleh orang tuanya, tapi mereka saya perlakukan sama hanya khusus mereka bertiga saya berikan sedikit perhatian lebih. Tapi kadang mereka itu menuntut perhatian yang sangat banyak kepada saya tapi saya tidak mau karena mereka harus mandiri tanpa atau tidak ada saya. Saya rasa tidak ada satu orang guru pun yang tega berbuat seperti anda katakan. Saya juga sering menerima hadiah dari mereka tapi mereka tidak boleh meminta lebih dari saya karena saya adalah ibu mereka juga yang menyayangi mereka dengan tulus tanpa ada tendesi


Fatim Fitri Ndut 
Pengabdian seorang Guru g'akan bisa digantikan dengan apapun,,,,,tanpa seorang guru, g'akan pernah ada orang-orang sukses seperti kalian semua,,,,


Sri Muninggar 
Harusnya kita. Selalu berfikir begitu mbak Fatin, wong saya dulu itu sering ditelorong sama guru baik dg penggaris maupun penghapus papan tulis saya tidak dendam saya menganggap itu adalah wujud dari kasih sayangnya walaupun caranya salah mungkin dengan adanya sertifikasi guru ini kita bisa berubah,baik cara mengajar,pola pikir, maupun sikap kita kepada anak didik kita jadi menurut saya janganlah kita dendam dan menuduh kepada ibu kita kedua ini kalau mereka salah maafkan saja toh kita jadi seperti juga karena campur tangan dia juga


Ayuna Fitria Fadjrin 
Sri Muninggar Luar biasa bu Sri.. ^____^ Semoga lancar programnya nggeh... kalau bukan kita yang bergerak dan bertindak siapa lagi.


Wong Bejan 
Ikut Minyimak Mas Broo dan Mbak Broo
Bisa jadi Guru seperti dikisahkan Ayuna Fitria Fadjrin adalah OKNUM dan Muninggar adalah salah satu guru yang baik ....
Semoga banyak guru menjadikan guru adalah sebuah panggilan jiwa untuk mendidik bukan menjadikan sebagai profesi seorang pengajar


Ayuna Fitria Fadjrin 
Wong Bejan ya... OKNUM pak hihihi


Ayuna Fitria Fadjrin 
Seumur hidup saya, hanya satu guru yang TAK peduli dibayar, atau tak dibayar. Beliau Bu Tri Winarsi yang tinggal di Jombang. Guru Bahasa Inggris. Ada yang mau les tapi ga punya uang. monggo..... ada yang ga bisa bayar sekolah. dulu SPP namanya ga tahu sekarang.. Bu Winarsi juga ikut bantu bayarin.


Wong Bejan 
Menurut Sri Muninggar sepakat tidak bila ada guru yang masih layak disebut PENDIDIK dengan guru yang disebut PENGAJAR
Kalau soal maksudnya saya karena sudah tahu


Sri Muninggar 
Ya ada mas kebanyakan guru baru karena belum pengalaman dan guru lama yang tidak mau berubah


Cemot Kpk Hidayat 
hidup Bu Sri yang menceritakan pribadinya jadi sosok baik semoga profesi guru tetap jadi prosfesi mulia bukan dinodai oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab seperti kata wongbejan


Ulil Albab 
setelah saya ngelalar bahasa ngaji saya waktu digresik dulu,masih bnyak yg belum bisa membedakan antara profesi guru dgn kepentingan privasi seorang guru.Masih jelas terlihat disini banyak bicara pribadinya bukan profesi yg sesuai judul diatas.Kalo kita bcra profesi seorang guru kapasitas kita disini adalah wali murid dan SRG adalah media sosial yg beritakan fakta profesi seorang guru bukan pribadi seorang guru,apalagi banyak yg terlihat komentarnya menonjolkan kepribadiannya bukan seorang guru pada umumnya,yang mana didlm sebuah profesi pasti ada negatif dan positifnya dan itu hal wajar menurut saya yg penting gimana kita mencari solusi buat guru nakal agar jadi baik,dan kalo bicara soal pribadi bapakq juga guru bahasa inggris di SMU gresik dulu karena sadar gaji tdk mencukupi dan tdk mau mau trima sogokan dipilihlah keproyek semen gresik akhirnya,semoga jadi pelajaran kita semua.


Ayuna Fitria Fadjrin 
Ulil Albab Mantab mbak... kalau guru mengajar demi mencari rupiah, bukan karena ingin mendidik anak didiknya, ya pembelajaran itu akan rancu, ia akan lebih mempercepat mengajarnya, kurang fokus, dan tidak mau tahu tentang perkembangan anak didiknya, yang penting satu bab sudah diberikan, yo wes.

Dan setidaknya perlu kita lihat juga banyak kasus yang menyangkut Guru, dari kasus pemukulan, kasus pemerkosaan, kasus joki ujian, tak peduli gurunya sudah bersertifikat ataupun tidak, ini tentunya satu hal yang MEMALUKAN bagi Indonesia.

Guru yang seharusnya memberikan pembelajaran dengan penuh perhatian, malah tega2nya merusak muridnya dengan berbagai aksinya. Dan timbullah sebuah pertanyaan.

APAKAH PERLU SERTIFIKASI bila MORAL dan KREDIBILITAS GURU masih DIBAWAH NORMAL dan STANDART ???


Ayuna Fitria Fadjrin 
Saya yakin... SRG bukan ingin menyudutkan sosok seorang GURU. karena TIDAK ADA PENTINGNYA, dan TIDAK ADA UNTUNGNYA, menyudutkan sosok seorang GURU.

SRG disini sebagai media untuk SHARE... Mengenai APA yang harus di perbaiki, dan BAGAIMANA cara yang sesuai untuk menuju keadaan yang lebih baik.

Saya rasa "issue pendidikan" itu sebuah BAHAN DISKUSI, yang harus di share secara luas, MENAMPUNG banyak Ide, Menerima banyak masukan, sehingga pendidikan Indonesia yang sudah ANCUR-ANCURAN ini... bisa lebih baik kedepannya. Khususnya Pendidikan di kota Gresik.


Edy Prianto 
Mbak Ayuna Fitria Fadjrin kisah OKNUM GURU yang saya baru tahu bila ada yang demikian ...
Tulisan yang indah, cukup jelas dan lugas semoga kejadian itu hanya ditempat Mbak yang dulu namun sekarang sudah tidak terjadi lagi ...


Ayuna Fitria Fadjrin 
Amiiin


Edy Prianto 
Mbak Sri Muninggar memang seharusnya sosok guru idealnya seperti penjenengan ... dan faktanya itu sudah mulai langka ...


Edy Prianto 
Cak Cemot Kpk Hidayat kalau bicara mengenai OKNUM diprofesi apapun pasti ditemukan ...


Teguh Budi Santoso 
Setuju karo Cak / Mbak Ulil Albab. Motivasi orang bekerja dan menggeluti profesinya macam-macam. Ada yang karena passion dan ada pula karena uang. Termasuk seniman, buruh, PNS, pengusaha,dan tidak terkecuali guru.... tapi yang terpenting, apapun motivasinya sepanjang dia bisa menjalankan tugas dan kewajibannya secara baik dan profesional. maka No Problemo.

Perkara ada positif dan negatif nya itu sudah lumrah di profesi apapun juga. bukan berarti profesinya yang tidak baik atau mengalami degradasi tapi karena kualitas SDM dan daya tahan terhadap kondisi lingkungan juga sangat berpengaruh.

Jika ada PNS yang korupsi bukan berarti profesi PNS itu jelek,
jika ada buruh yang mencuri aset perusahaan bukan berarti profesi buruh itu tidak baik,
jika ada seniman yang terlalu vulgar bahasanya bukan berarti seniman itu tidak berguna,
Jika ada pengusaha yang kong kalikong dengan pejabat bukan berarti profesi pengusaha menjadi tercela.
Jika ada guru yang memalsukan ijazah, mempunyai mobil, silau dengan uang, mencalonkan diri sebagai caleg...atau apapun...bukan berarti profesi guru mulai kehilangan kemuliannya...
Karena masih banyak guru yg bekerja professional. Yang berjuang dengan sekuat hati dan tenaga agar otak murid-muridnya menjadi seperti otak habibie.....#iwan_False_mode_on


Edy Prianto 
Mbak Ulil Albab memang harusnya ada pemisahan PRIBADI KOMENTATOR dengan MENGOMENTARI PROFESI GURU


Edy Prianto 
Mbak Ayuna Fitria Fadjrin sepakat ... dari sejak mula tulisan ini memang tidak untuk saling menyudutkan dan menjatuhkan namun kiranya menjadi perenungan publik atas fakta dan realita selama ini ...

"Sertifikasi Guru untuk siapakah manfaatnya ..."

Adalah mewakili pertanyaan masyarakat dan diskusi ini kiranya bisa menjadi referensi untuk memahamkan masyarakat bukan menghakimi ...


Edy Prianto 
Mas Teguh Budi Santoso penjelesan yang siiiipppp and mantaabbbb ...
Monggo dilanjut ..... !


Ayuna Fitria Fadjrin 
Sistem Indonesia yang ACAK ADUL + OKNUM PENJAHAT + Rakyat yang diam saja = ... itu salah satu BIANG utama kehancuran Pendidikan di INDONESIA.


Ayuna Fitria Fadjrin 
Pak Edy Prianto nih ada "SEANDAINYA" nih ya.... Seandainya saya boleh memilih... "MAU SEKOLAH dimana" Saya milih sekolah di "PASAR"

Karena di Pasar, saya bisa belajar tentang realita sebuah kehidupan, saya bisa belajar marketing, saya bisa belajar Public Relation, saya bisa belajar memasak, saya bisa berolah raga, saya bisa belajar manajemen pemasaran, saya bisa belajar manajemen resiko, saya bisa belajar banyak hal di Pasar.

Daripada di SEKOLAH, saya duduk, di suruh NYATET, di omelin, di BULLY, saya lebih milih belajar di pasar.

Tapi sayang.... dulu saya ga bisa milih... masih kecil bwahahahaa... jadi saya sekolah di SEKOLAHAN deh... T____T

Tapi sekarang saya sekolah di Pasar loh pak  Guru saya buanyak hihihi dari pedagang es teh sampai kuli pasar.

Saya juga dapat tempat belajar baru yang menyenangkan. namanya SRG


Edy Prianto K
kalau seandainya saya disuruh menjawab ...
Sebetulnya dimanapun kita berpijak di bumi ini, disitu adalah tempat belajar dan menjadi Guru yang baik ... selama kita mau menyadarinya dan mengambil hikmah atasnya ... (be'e lho yo)


Ayuna Fitria Fadjrin 
Yayayaya pak mantab pak Hahahaha


Madmad Kebleng Keller 
terus menyimak & bertanya pd diri sendiri perlukah sertifikasi untuk mengomentari guru bersertifikasi emangx gururu malaikat??? tolah toleh cari jawaban


Afandi Kusuma 
yang bersertifikasi saja masih dikritik, apalagi yang ga bersertifikasi.


Buku Dan Majalah 
kalau hasil penelitian menunjukkan hasil yang sma antara yang diajar guru bersetifikat dengan guru tanpa sertifikat mending tunjangan dihapus digantikan dengan belanja sarana pendidikan yang lain saja, sayangkan kalo diambur2 dana itu bila dengan hasil yang sama. tapi berbagai kepentingan suara rakyate gak dianggep, mungkin yang disana juga tau apalah daya kalo karo isin hahahaha


Buku Dan Majalah 
diknas sendirikan sudah punya litbang tentunya sudah ada hasil pengkajian, tinggal litbangnya mau jujur gak pada publik


Muhammad Samsul 
Banyak temuan dilapangan ternyata guru honorer yg lebih dimaksimalkan dalam mengajar dibanding guru guru yang bersertikat. Mengapa ini harus terjadi ?. Sebenarnya mereka yang bersertikat harus lebih giat dalam tugasnya dibanding guru honorer.


Fahmi Rido
tayooooo. cek dowoe, eson males moco. seng komen. yo dowo dowo moto pedes.... gak kuat sepurane gak tak komeni
2 komentar


  1. Bagi 'sebagian' orang Pendidikan di sekolah itu tdk penting. Tapi bagi saya sangat penting. Mengapa...karna Indonesia yg katanya jumlh rasio guru lbh banyk saja terkadang masih bisa 'dibodohi' negara lain, aplgi kalo tdk ada skolah, mau jd apa Indonesia kedepannya. Logikanya kalo gk ada guru gk ada skolah. Separah apapun kinerja guru tentu sedikit banyk punya andil mencerdaskan ank bangsa.Memang progrm sergur tak berbanding lurus dg kinerja, tp sy kira ini bukn problem penddkn sja. Aspek lain juga seperti itu. Lihatlh para wakil rakyat, mereka dipilih oleh rakyat tapi ada sja yg bkerja bukn untk rkyat. Menurut sy, sertfkasi adlh sdh menjdi hak guru, adapun nilai kinerja kembali ke hatinurani masing2 guru. Jika amanah mka ia akan berusaha semaksimal mungkin memahamkn siswa ktika dikelas.

    BalasHapus

YANG TERKAIT

z Suara Gresik | # - # | Mengembalikan Gresik sebagai kota santri, yang taat beribadah, rajin mengaji, dan pekerja keras, tak akan meninggalkan ajaran agama Islam

Didukung oleh :f Afandi, Blogger, Tenda Suwur, GMP, Mode suwur, OmaSae, #, - # -