Gunung Larangan, Wisata Alam dan Wisata Religi yang Menarik

Historiyono Kusdaryanto
EXPEDISI BUKIT LARANGAN

Dari namanya sudah bikin orang penasaran. Kenapa dilarang dan apa yang dilarang. Itulah yang membuat saya dan teman-teman bertekat menembus larangan. Dan kami sepakat menamai diri TIM EXPEDISI LARANGAN.
Berangkat darikota Gresik pikul 8.00. Start dari bundaran GKB kami meluncur ke Kecamatan Panceng berjarak kurang lebih 45 km lewat Kecamatan Manyar, Kecamatan Bungah, Kecamatan Sidayu. Pukul 09.15. tiba di Panceng dan diterima mas Abdul karim sang tuan rumah yang rumahnya tepat di bawah bukit Larangan. 

Menuju rumah Abdul karim lewat belakang pasar hewan Panceng suasana sudah tampak aroma magisnya. Jalan menanjak dikiri kanan pepohonan lebat menemani kami, Semula kami mengira langsung kenuju bukit laranagan. Gak taunya kurang lebih 3 km kami menyusuri bukit ternyata ada perkampungan. Perkampungan tersebut juga bernama kampung Larangan. 

Sejenak beristirahat di rumah Abdul Karim, kami mulai expedisi ini. Jalannya langsung menanjak dengan kemiringan 45 derajat. Di kanan kiri hutan jati yang sengaja ditanam warga setempat. Perlahan lahan kami susuri hutan yang sedikit meranggas termakan kemarau. Sebagian ilalang sengaja dibakar. Tapi itu justru memudahkan jalan kami menuju puncak larangan. 

Setengah perjalanan kami sempat berhenti, maklum tenaga sudah tidak mudah lagi. Di separuh ketinggian sudah terlihat pemandangan indah. Tampak selat Madura yang kebiru biruan. Bukit bukit padas sudah di hadapan kami serasa menyapa selamat datang di Bukit Larangan. 

Di selah istirahat sambil berfoto narsis ria Edy Prianto menejaskan bahwa di daerah ini konon tumbuh pohon pisang pulut yang katanya bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Sayang musim kemarau, hingga pohon pisang tersebut menghilang. Jika musim hujan tiba-tiba pohon pisang tersebut muncul dengan sendirinya.
Puas istirahat sejenak kami melanjutkan perjalanan. Semakin tinggi pemandangan semakin indah. Anehnya walau musim kemarau pemandangan yang kami lihat dari atas pepohonan tampak hijau segar. Itulah kelebihan bukit larangan kata Abdul karim.

Hampir sampai di puncak kemiringan bukit semakin terjal, 55 derajat. Jalannya sengaja dibuat berundak oleh penduduk setempat, mata kami tergoda oleh bukit padas raksasa di sebelah kanan kami. Ternyata bukit padas tersebut berlubang menyerupai goa. Berinstirahat sejenak sambil menikmati sejuknya angin semilir. Dari penjelasan Abdul Karim, ternyata bukit ini tempat bertapanya Panglima Kumbang, si penunggu Bukit Larangan. Masih ingat cerita Panglima Kumbang di serial cerita radio Sembara? Konon di sinilah tempat asli cerita itu dibuat. Dan panglima Kumbang sama penduduk setempat diyakini ada. Dan Gua padas itulah tempat beliau bertapa yang selalu diiringi peliharaan setianya berwujud harimau kumbang. Di sini suasana mistis sudah sangat terasa. 

50 meter setelah gua tersebut kami sudah berada di puncak bukit. Rasa penat, panas terik matahari Gresik yang panas serasa terobati dengan pemandangan yang teramat indah. Puncak bukit yang cuma berdiameter 100 itu terdapat makam. Mbah Syafi’i yang dikeramatkan (selengkapnya mohon cerita Abdul karim dan 3 pohon beringin besar dan batu batu situs peninggalan masa lampau yang tersisah. 

Setelah napas kembali normal , kami mulai melakukan ritual di tempat ini, salah satunya yang wajib dilakukan di makam adalah membaca tahlil. Dan berdoa kepada Allah SWT minta keselamatan dan kelancaran expedisi ini.
Disini teman-teman yang punya predikat Sarjana Alam Goib melakukan meditasi. Edi Prianto, Mbah Muhammad Samsul, Veronika, Abdul karim. Sedang lainnya termasuk saya, hanya “longak longok” gak ngerti apa-apa.
Dalam meditasinya Adbul karim bercerita tentang Segitiga Emas yang menyangkut Bukit Larangan (baca posting Abdul karima tentang SEGITIGA EMAS).

Veronica nenuturkan dalam meditasinya dia melihat bahwa di bawah Bukit Larangan ini terdapat goa goa yang menghubungkan antar bukit yang dalam versi Abdul Karim bukit segi tiga emas. Di dalam goa tersebut mengalir air. Dan gua tersebut, kata Veronica, sampai tembus Madura bahkan sampai Mekah. Veronica juga menuturkan bahwa di atas bukit itu terdapat benda-benda pusaka yang konon salah satu pewarisnya adalah Abdul Karim. Perlu saya ceritakan disini bahwa Abdul karim adalah putra asli desa larangan dan sekaligus juru kunci Bukit Larangan. Dan benda pusaka tersebut kelak pada waktunya akan muncul dan jadi hak Abdul Karim.

Menanggapi hal tersebut Abdul karim menuturkan bahwa beberapa kali memang dia sempat melihat penampakan benda tersebut sewaktu melakukan meditasi di tempat ini, tapi belum tertarik mengambilnya.
Lain lagi cerita Edy Prianto, di tengah segi tiga Bukit Panceng ini sengaja ditanam sebuah tumbal untuk menyeimbang tanah Jawa. Konon Pulau Jawa selalu bergeser. Dan Oleh para Aulia dulu di pulau Jawa ditanam 7 tumbal yang salah satunya di bukit Panceng ini. Konon jika tiga bukit Panceng ini musnah, hancurlah Pulau Jawa. (merinding).

Kalau menurut penuturan Muhammad Samsul, selama kita diatas bukit larangan selalu diawasi oleh seekor harimau kumbang, tapi keberadaan kami di bukit ini sudah mendapat izin dari sang “bau rekso” jadi aman aman saja. Karena harimau kumbang yang selalu mengawasi kami juga sekaligus menjaga kami selama kami di bukit Larangan.

Alamdulillah expedisi ini berjalan lancar, dan banyak yang kami dapati di sini, termasuk sepenggal cerita tentang Gresik masa lampau dan apa yang harus diperhatikan bagi kapitalis Gresik mengeksplor Gresik jika tidak ingin terjadi bencana. Allahu'alam.
1 komentar


  1. Katanya bapak temen saya yang sering bermain barang gaib d atas gunung yang d panceng ada orang yang umurnya 300 tahun mas kalau kesana lagi tolong d tanyakan sama juru kuncinya mas

    BalasHapus

YANG TERKAIT

z Suara Gresik | # - # | Mengembalikan Gresik sebagai kota santri, yang taat beribadah, rajin mengaji, dan pekerja keras, tak akan meninggalkan ajaran agama Islam

Didukung oleh :f Afandi, Blogger, Tenda Suwur, GMP, Mode suwur, OmaSae, #, - # -