WISATA ROHANI DAN SILATURAHMI KE DESA GUMENO
(Lanjutan : RAMADHAN DI GRESIK, TRADISI MALAM TELULIKUR KOLAK AYAM GUMENO)
Tepat pukul 16.05 WIB rombongan yang berisikan Cemot Kpk Hidayat, Sise Siti, Historiyono Kusdaryanto, Hadi Karno, Apit Kpk, Rorensick Micuo II, Ferry, Satrya, Gondrong dan saya dalam satu kendaraan berangkat meninggalkan Kantor Redaksi di Perumahan Bunder Asri menuju ke Desa Gumeno, Manyar.
Perjalanan dari kota Gresik terasa begitu lama walaupun sudah melalui rute JALAN BERBAYAR (Baca Jalan TOL). Entah benar atau tidak efek industrialisasi sudah sangat terasa di Manyar ... Jalanan terasa padat disesaki mobil angkutan umum, truk-truk besar dan mobil-mobil pribadi. Ditambah lagi banyaknya keluar masuk Mobil Proyek membawa material urugan guna menyulap Tambak menjadi LAHAN INDUSTRI.
Akhirnya sampai juga diujung Desa Gumeno yang berbatasan langsung dengan jalan raya. Dan perlu 3 km lagi untuk masuk ke lokasi di Mesjid Jami' Sunan Dalem. "Perhitungan peta 15 km ditempuh dengan 37 menit kiranya cukup macet jalanan tadi" gumanku.
Begitu turun dari mobil kami bergegas karena terdengar dari pengeras suara yang sepertinya dari Mesjid. "Poro Jama'ah ugi hadirin sumonggo enggal-enggal mlebet dateng Masjid tahlilan badhe dipun milai" (Para Jama'ah juga hadirin dimohon segera memasuki Masjid kegiatan pembacaan tahlil akan segera dimulai).
Melihat begitu banyaknya yang hadir ada kejadian yang cukup menggelikan. Mas Hadi Karno yang berawakan kecil sadar diri. Dia mulai lirak lirik pintu yang sepi pengantri. Bila teman-teman dan sebagian besar hadirin mengantri katakanlah dipintu ke 1 yang cukup mengular. Dia mencoba tampil beda dengan masuk melalui pintu 2 dengan penuh semangat. Sambil menoleh ke kami yang masih dibarisan antrian dia tersenyum manis seolah-olah berkata. "Aku lho ... bisa lebih cepat kenapa harus antri ... kesuwen hehehe ..."
Panitia mengulurkan piring, sendok plus 1 bungkusan tas kresek warna putih kepadanya. Namun senyum keceriaan berubah menjadi kecut tatkala melihat hadirin yang lewat melalui pintu 2 tersebut.Terlihat yang sudah pada duduk mengenakan baju batik mengkilap, berperawakan bersih dan senyum yang selalu mengembang tidak seperti hadirin pada umumunya, ada juga yang berseragam aparat dari unsur TNI dan POLRI. Ditengah kebingungan salahsatu Panitia menghampiri.
"Mas dari Instansi mana" tanyanya
dan langsung dijawab Mas Hadi "dari SRG Pak ..."
"Oh maaf pak untuk umum melalui pintu sebelah dan pintu ini khusus undangan"
Pikir Mas Hadi hebat benar panitia ini ... tahu kalo SRG bukan Instansi Pemerintah ... sambil ngacir menahan malu ...
Setelah teman-teman menerima "berkatan takjil buka" yang komposisinya seperti Mas Hadi segera mencari posisi duduk karena sudah diumumkan bahwa waktu berbuka kurang 10 menit. Dan saya duduk berdekatan dengan Pak Historiyono.
Demi menebus rasa penasaran segera saya buka berkatan ... ternyata berisi 1 bungkus nasi ketan, 1 bungkus plastik "kolak ayam", 1 buah air mineral ukuran gelas dan 2 buah korma. Begitu bedug ditabuh laksana dikomando nyayian cacing diperut bersambut dentingan piring dan sendok beradu ... saya nikmati minum dulu seteguk terus melahap menu utama ... awalnya dilidah terasa aneh ada manis, pedes dan gurih rasa kuah yang sekilas seperti kuahnya kolak ... ditambah lagi suwiran ayam plus daun bawang yang panjang2 ... namun setelah beberapa suapan lidah sudah mulai beradaptasi dan tampak sebelah saya Pak Historiyono sudah tinggal menyisakan piring dengan sedikit kuah dan sendok saja. Acara BUKBER KOLAK AYAM selesai dilanjutkan dengan sholat jama'ah.
Sekeluar dari Masjid, kami (Saya dan P. Historiyono) disambut BOS GRESIK UPDATE Pak Edi Sartono didampingi assisten setianya Mas Davik Dengkul Kropos yang sudah di halaman Masjid. Sebenarnya momen kali ini juga teman GRESIK SUMPEK menyampaikan akan hadir dan kumpul bareng-bareng di lokasi ini namun informasi dari Cak Cemot bila Cak War berhalangan karena bersamaan dengan adanya undangan selamatan.
Suasana percakapan terhenti tatkala Mas Gondrong sambil tergopoh-gopoh bilang "SISE hilang tidak kembali ke mobil ... seketika itu kami menyebar menyisir mencari.
Pak Edi Sartono : "Anak tingginya diatas rata-rata cewek pada umumnya gitu koq bisa hilang ..." disahut Pak Historiyono, "Nanti diambil menantu orang sini sebab dilihat koq ada artis masuk desa"
Cak Cemot, Micuo, Apit, Gondrong dan Hadi menyisir utara dan barat Masjid. Saya, Satria, P. Edi, P. Histo dan Davik menyisir selatan dan timur Masjid. Setelah tanya sana-sini belum ketemu akhirnya kami berkumpul kembali di halaman Mesjid.
Cak Cemot : "Sudah tak hubungi HP-nya tidak menjawab"
Micuo : "Nanti gimana kalo ada yang menculik"
Gondrong : "Bisa panjang urusannya kalo Sise hilang"
Apit : "Jangan terlalu mengada-ada masak disini ada penculikan"
Hadi : "Kita berdo'a saja semoga tidak terjadi apa-apa"
Davik : "Apa perlu kita lapor polisi"
Saya : "Nggak usah kita tunggu sebentar lagi disini mudah2an dia tidak tersesat"
Ditengah galau dan rasa tidak menentu tampak dari timur Mesjid keluar dari rumah salahsatu warga perawakan seorang gadis yang mirip dengan yang kita cari ...
"Lha itu Sise ..." kata Cak Cemot. Dengan tanpa ekspresi dosa dan berjalan santai dia menghampiri kami ...
"Maaf aku terlambat kumpul kembali karena sekeluar dari Masjid tadi aku diajak seorang ibu ke rumahnya dan diwajibkan menyantap hidangan yang sudah disiapkan. Maka aku gag bisa menolak" nyerocos Sise sebelum ada yang mengajukan pertanyaannya.
"Kata Pak Sapuan (suami dari ibu yang mengajak Sise) dan hampir semua masyarakat sini malam telulikur ini seperti hari raya, keluarga besar Desa Gumeno yang tinggal diluar desa maupun luar kota datang untuk berkunjung ... dan bentuk ungkapan kegembiraan tuan rumah menyedian hidangan sepantasnya"
Bila menilisik sejarah, ungkapan kegembiraan warga ini cermin ungkapan atas sehatnya kembali SUNAN DALEM setelah memakan SANGRING atau KOLAK AYAM. SUNAN DALEM adalah Putra kedua Sunan Giri dari istri Dewi Murtasiah binti Sunan Ampel yang memang mengemban tugas menyebarkan Islam di wilayah Gumeno dan sekitarnya.
By : Edprint 2013